Cigugur, myPangandaran.com - Puluhan warga penggarap Blok Pasir Peuti Dusun Sempur Jajar Desa
Kertajaya Kecamatan Cigugur mendatangai kantor Kepala Desa Kertajaya,
Kamis (2/5) siang.Mereka menuntut Kepala Desa Kertajaya Saefulloh tidak menakut-nakuti
warga dan bertanggung jawab atas uang jutaan rupiah milik dua penggarap
untuk membeli tanah sisa rincikan seluas satu hektar.
Namun mereka kecewa karena kepala Desa Kertajaya tak berada di
tempat. Menurut informasi kades sedang rapat di kantor Kecamatan
Cigugur.“Itu cuma alasan untuk menghindari warga. Kalau kepala desa nggak
punya salah, nggak mungkin menghindar. Buktinya menghindar, kesannya
kok malah kucing-kucingan,” kata salah seorang warga yang terlihat
kesal.
Warga juga menilai Kades Kertajaya Saefulloh telah membuat surat
pernyataan sepihak. Sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut
warga dipaksa dan ditakut-takuti.“Kalau kami (penggarap, red) tidak mau tanda tangan, katanya kami
nanti akan berhadapan dengan hukum dan bisa dipenjara,” ungkap Abdul
Holik, salah satu penggarap.
Sebagai orang kampung, Abdul mengaku takut dibilang seperti itu.
“Akhirnya sebagian penggarap terpaksa tanda tangan. Itu pun didatangi
ke rumah-rumah warga,” tuturnya.Dalam surat pernyataan disebutkan bahwa penggarap harus mengakui
tanah yang tak disebutkan dimana tempatnya, luasnya berapa. Tanah itu,
milik Suryananta warga RT 16 RW 09 Semper Barat Cilincing Jakarta Utara.
Kemudian penggarap wajib menyerahkan satu bagian hasilnya untuk
pemilik tanah. Dan, lima bagian untuk penggarap. “Kuwu (kepala desa)
selalu bilang tanah itu milik Suryananta, namun hingga saat ini kami
tidak pernah melihat seperti apa sertifikat itu,” tutur dia.“Kalau memang ada tolong tunjukan kepada kami bukti kepemilikannya
seperti apa. Kami heran seharusnya kepala desa itu membantu kami
sebagai warganya, bukanya malah kami ditakut-takuti terus,” sambung dia.
Selain itu, sambung dia, saat dilakukan rincikan terhadap tanah di
Blok Pasir Peuti, dari tanah yang dirincik 11 hektar ada kelebihan satu
hektar. Kemudian tanah sisa tersebut harus dibayar oleh dua orang.“Kami disuruh beli tanah itu seharga lima belas juta (rupiah). Kalau
tidak mau, katanya sudah ada orang lain yang mau, harganya lebih
tinggi. Akhirnya, saya sama Kang Ajun mencicil. Saya 10 juta, Kang Ajun
5 juta,” beber dia.
“Saya sudah menyerahkan uang sampai saat ini Rp 8,95 juta. Kang Ajun
(penggarap lainnya) Rp 2 juta kepada Pak Nardi utusan kepala desa. Saya
dijanjikan kalau sudah dibayar lunas, saya akan mendapat akta jual beli
tanah. Kalau memang saya bisa mendapat surat tanah resmi saya mau
lunasi,” tegasnya.
Dia sudah menggarap tanah Blok Pasir Peuti puluhan tahun. “Sejak
tahun 1969 tidak mengakui itu tanah milik kami karena setahu kami itu
memang tanah negara. Kami sebagai warga hanya memohon untuk bisa
menggarap,” tuturnya.
Permohonan itu disampaikan kepada Iing Sungkawa, dades Pager Bumi.
Kemudian permohonan warga disetujui. Sejak saat itu warga menggarap
tanah tersebut seluas 250 bata.Sejak tahun 1997, ada penawaran SPPT bagi tanah yang belum di SPPT.
“Kami lakukan dan kami bayar sampai sekarang,” ungkap Ajun, salah
seorang penggarap.
Namun, kata dia, tiba-tiba saja datang pihak luar yang mengaku
memiliki tanah tersebut. Tanpa jelas menunjukan surat-surat resmi dan
kepala desa justru tidak menyelesaikan masalah.Warga berharap permasalahan ini bisa diselesaikan secepatnya oleh
pihak-pihak terkait mengingat para penggarap merasa dirugikan. “Kami
warga kecil, pengorbanan kami mengolah lahan tersebut puluhan tahun
tolong hargai,” ujarnya.
Ketua Rincikan yang juga Kaur Desa Kertajaya Eded mengatakan tanah
di Blok Pasir Peuti merupakan tanah leter C, yaitu tanah negara yang
sudah diredis. Menurut pengakuan Suryananta, ia memiliki tanah seluas
11 hektar.
Setelah dirincik ternyata ada kelebihan satu hektar. Karena desa
membutuhkan uang --bulan Maret akan diadakan peresmian pasar dan
kunjungan wakil bupati-- desa memutuskan menjual tanah kelebihan
tersebut dan menawarkannya kepada penggarap.
Saat dihubungi melalui telepon, Kepala Desa Kertajaya Saefulloh
tidak memberikan komentar apa pun. Malahan beberapa menit kemudian
handpone miliknya tidak aktif. Hingga kemarin, Saefulloh belum bisa
dikonfirmasi terkait kedatangan puluhan warga tersebut.
Informasi diperoleh, para penggarap berencana akan menemui
kepala desa Senin (23/5). Saat ini para penggarap sedang melakukan
persiapan. “Kami akan undang (kades) secara resmi, sekarang (kemarin),
kami sedang membuat surat permohonan,” ungkap Ajun.
Sumber RadarTasikmalaya
Sumber: http://www.mypangandaran.com/berita/detail/kecamatan-cigugur/453/puluhan-warga-datangi-kantor-desa-kertajaya.html
Comments